Shalat Jumat, sebuah ritual ibadah mingguan yang khusyuk, telah menjadi pilar penting dalam praktik keagamaan umat Islam di seluruh dunia. Setiap Jumat siang, jutaan Muslim berkumpul di masjid-masjid untuk menunaikan ibadah ini, mendengarkan khutbah, dan mempererat tali persaudaraan. Namun, pernahkah kita menelusuri lebih jauh kapan dan bagaimana ibadah yang agung ini pertama kali diwajibkan?
Awal Mula Penunaian Shalat Jumat
Catatan sejarah Islam menunjukkan bahwa kewajiban Shalat Jumat belum diturunkan saat Nabi Muhammad SAW masih berada di Makkah. Pada masa itu, umat Muslim masih dalam fase awal dakwah dan menghadapi berbagai tantangan serta tekanan dari kaum Quraisy. Fokus utama adalah pada penguatan akidah dan syiar Islam secara sembunyi-sembunyi.
Kewajiban Shalat Jumat baru resmi ditetapkan setelah peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dan para sahabat dari Makkah ke Madinah. Momen krusial ini terjadi pada tahun pertama Hijriyah, yang menandai babak baru bagi perkembangan Islam. Kedatangan Nabi ke Madinah membawa kebebasan beribadah yang sebelumnya tidak didapatkan di Makkah.
Shalat Jumat Perdana di Lembah Ranuna
Para sejarawan mencatat bahwa Shalat Jumat pertama kali yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW setelah hijrah adalah di sebuah tempat bernama Lembah Ranuna, yang terletak di antara Quba dan Madinah. Pada saat itu, rombongan Nabi sedang dalam perjalanan dari Quba menuju pusat kota Madinah. Ketika waktu Zuhur tiba di hari Jumat, beliau memerintahkan para sahabat untuk berhenti dan menunaikan shalat berjamaah.
Di lokasi inilah, khutbah Jumat pertama kali disampaikan oleh Rasulullah SAW, kemudian diikuti dengan pelaksanaan shalat dua rakaat. Peristiwa ini menjadi tonggak sejarah penting yang menandai dimulainya kewajiban Shalat Jumat secara resmi bagi seluruh umat Islam. Sejak saat itu, Shalat Jumat menjadi pengganti Shalat Zuhur pada hari Jumat bagi kaum laki-laki Muslim yang memenuhi syarat.
Signifikansi dan Hikmah Shalat Jumat
Penetapan Shalat Jumat bukan sekadar ritual ibadah, melainkan memiliki makna dan hikmah yang mendalam. Ibadah ini berfungsi sebagai sarana untuk memperkuat persatuan dan kesatuan umat Islam. Melalui pertemuan mingguan di masjid, kaum Muslimin diingatkan akan persaudaraan mereka, mendengarkan nasihat dan pengajaran agama melalui khutbah, serta mendapatkan kesempatan untuk saling bertemu dan berinteraksi.
Hingga kini, tradisi Shalat Jumat terus dilestarikan dan menjadi salah satu syiar Islam yang paling menonjol. Dari sudut pandang media yang meliput sejarah ini, momen di Lembah Ranuna adalah sebuah titik balik yang mengubah praktik ibadah harian menjadi sebuah pertemuan komunitas mingguan yang terstruktur, menumbuhkan solidaritas dan memperdalam pemahaman keagamaan di kalangan umat Islam.
TAGS: Sejarah Islam, Shalat Jumat, Nabi Muhammad, Madinah, Hijrah, Ibadah Islam, Lembah Ranuna